Jumat, Maret 25, 2011

Mengandalkan Uang

Hampir semua manusia mengenal dan membutuhkan uang, Manfaat dan pengaruh uang ini memang luar biasa terhadap kehidupan sosial kita. Itu dapat kita lihat di berita-berita tv, koran, majalah dan internet. semua masalah, persoalan juga hampir berhubungan dan berkaitan dengan uang.

Ada beberapa orang berprinsip bahwa semua bisa diatur dengan uang, Semua tergantung dengan uang, Tidak bisa berbuat apa apa tanpa uang, Segala-galanya adalah mengandalkan uang. Benarkah itu ?
Apakah masalah kerohanian, hubungan kita dengan Tuhan harus juga mengandalkan uang ?

Ok. Kalau ada yg mengandalkan atau menganggap uang itu segala-galanya.
Bagaimana Jika Tuhan membuat suatu peraturan demikan.....

" sekali menghirup udara Setiap manusia harus membayar Rp 1000 , jika tidak maka nyawanya akan dicabut"

Artinya dalam 1 menit manusia rata2 menghirup udara sebanyak 30 kali,
1 jam = 1800 kali ; 1 hari = 43200 kali ; jadi 43200 x 1000 = rp 43.200.000 per hari

Itu berarti kita harus membayar Rp. 43.200.000,- perhari untuk menghirup udara. Bagaimana jika sebulan kita harus membayar Rp. 129.600.000,-, atau sama dengan setahun Rp. 1.555.200.000,- atau jika harus dibayar seumur hidup ? Mampukah kita membayar demikian banyak uang untuk menghirup udara jika Tuhan membuat peraturan seperti itu ? Pasti sulit kita membayar, Layakkah kita Hidup sekarang ini jika kita harus membayar udara yg kita hirup ?

Sahabatku,
Nah..ternyata Tuhan Memberikan Semua udara yg kita hirup setiap hari itu adalah "GRATIS" gratis dan gratis tanpa membayar sepeser pun.

Memang selama kita hidup pasti membutuhkan uang, tapi renungkanlah dalam hatimu bahwa uang itu tidaklah segala-galanya.
Karena uang memang betul kita butuhkan, artinya jangan uang menguasai hidup kita tetapi kita yg harus bisa mengendalikan uang. Celakalah orang yg selalu mengandalkan uang.

Oleh karena itu pujilah Dia, sembahlah Dia yg telah menciptakanmu dan yg telah memberikan
udara gratis untuk dihirup setiap hari. Ingat dan sadarlah Dia yg telah mencukupi kebutuhan hidup kita selama ini. Dia lah yg telah membuat kita hingga seperti keadaan sekarang ini. "Tanpa Dia, kemanakah Aku ? "

Kamis, Maret 24, 2011

Koin Penyok

Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan.

Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.

Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya.

“Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok,” gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank.

“Sebaiknya koin ini Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno,” kata teller itu memberi saran. Lelaki itu pun mengikuti anjuran petugas bank, membawa koinnya ke kolektor. Beruntung sekali, si Kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar.

Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu. Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu.

Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu dan segera membawanya pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.

Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Namun naas, pada saat itu muncul perampok yang keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur.

Istri si lelaki yang kebetulan melihat, berlari mendekati suaminya seraya berkata, “Apa yang terjadi? Engkau baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?”

Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, “Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi.”

Sahabatku,
Bila Kita sadar kita sebenarnya tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan? Karena ketika datang dan pergi kita tidak membawa apa-apa. Bila Kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan jika kita harus kehilangan sesuatu?

Selagi Tuhan masih memberikan nafas kehidupan kepada kita marilah kita senantiasa meningkatkan rasa syukur dan senang untuk memberi sebab sesungguhnya satu satunya yang akan kita bawa nantinya dari dunia fana ini adalah amal ibadah kita

"Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN"

Kain Perca


Dari Kisah Seseorang

Dalam salah satu chapel di departemenku, manajerku menceritakan kembali bagaimana ibunya tewas dalam sebuah kecelakaan. Ibunya adalah seorang wanita yang sangat aktif dalam kegiatan agama. Dalam satu hari Minggu, dia bisa berkunjung ke beberapa tempat ibadah. Bukan hanya untuk hadir dan mendengarkan kotbah, tidak. Wanita yang telah lanjut usia ini sibuk melayani. Mulai dari mengumpulkan persembahan hingga memuridkan teman-temannya.

Ibu ini suka sekali membuat kerajinan tangan dari kain perca. Sahabat dan rekan-rekannya selalu mendapatkan hadiah dari kain perca seperti keset ataupun sarung tangan untuk memegang panci. Tidak terkecuali, menantu tersayang (istri manajerku) dan cucu-cucunya pun mendapatkan hadiah kerajinan tangan darinya. Karena bentuknya tidak terlalu indah, hal itu tidak membuat mereka terkesan.

Namun dihari ketika ibu itu meninggal dunia, semua teman-temannya segera mencari hadiah-hadiah dari ibu itu dan membingkainya. Pada saat ibu itu akan dikuburkan, mereka membawa karya-karyanya dengan kebanggaan, tidak terkecuali sang menantu dan cucu-cucunya.

Namun ada satu hal yang mengena di hatiku dari cerita tersebut. Manajerku berkata, “Seharusnya itu dilakukan sewaktu ia masih hidup.” Benar sekali, seharusnya kita menyatakan rasa sayang, penghargaan pada seseorang dan menunjukkan rasa hormat kita kepada orang yang kita kasihi saat ia masih hidup.


Sahabatku,
Apa gunanya Anda menyatakan hormat dan kasih sayang kepada seseorang yang telah meninggal. Bukankah lebih berarti jika kita menyatakannya kepada orang yang kita kasihi sewaktu ia masih hidup? Mari ungkapkan kasih Anda saat ini juga, jangan tunggu nanti karena mungkin tidak ada kata "nanti".

Jangan Takabur

TUHAN itu tinggi, namun Ia melihat orang yang hina, dan mengenal orang yang sombong dari jauh.

Aktor Christopher Reeve mengalami kelumpuhan karena mengalami kelumpuhan saat mengendarai kuda di tahun 1995. Sebelum tragedi ini terjadi, dia pernah memainkan peran sebagai seorang yang lumpuh di sebuah film. Dalam persiapannya, Reeve mengunjungi sebuah fasilitas rehabilitasi bagi mereka yang mengalami kelumpuhan. Dia mengingat pernah berkata: “Setiap kali saya meninggalkan pusat rehabilitasi itu, saya berkata, 'Terima kasih Tuhan, itu bukan saya.'” Setelah kecelakaan di tahun 1995 itu, Reeve menyesali perkataannya: “Saya sangat menjaga jarak dari orang-orang yang menderita kelumpuhan itu tanpa pernah menyadari bahwa dalam satu detik bisa saja saya mengalaminya.” Dan sayangnya, hal itu benar-benar ia alami.

Sahabatku,
Tanpa kita sadari, mungkin kita sering bersikap seperti Reeve ketika melihat penderitaan yang dialami oleh orang lain. Tidak pernah terpikir bahwa diri kita bisa saja mengalami hal yang sama. Apa lagi jika hidup kita sedang berada dalam puncak sukses, mengalami keuangan yang mapan dan keluarga yang harmonis.

Hari ini, mari kita memiliki hati TUHAN ketika melihat sesama kita. Hati Tuhan selalu berbelas kasihan ketika melihat orang yang menderita. Bahkan Tuhan tidak berhenti pada rasa belas kasihan saja, Dia mengulurkan tangan untuk menolong mereka. Jika Anda melakukan apa yang Tuhan lakukan ini, maka jika Anda mengalami kesulitan, tangan Tuhan akan bergerak cepat untuk menolong Anda. Yakinkan diri Anda untuk menemukan jawaban apa yg anda cari selama ini di dalam kehidupan sehari2, Perhatikan lingkungan, cermatilah bahwa jawaban2 itu datang kadang kala melalui perantara, solusi lain yg terbaik menurut Tuhan.

Jangan ijinkan penyakit kesombongan menjangkiti Anda, imunisasi diri Anda dengan kasih Tuhan sehingga Anda peka akan terhadap penderitaan orang lain.

Ingatlah...TUHAN itu tinggi, namun Ia melihat orang yang hina, dan mengenal orang yang sombong dari jauh.

Semoga bermanfaat

Cinta yang Nyata



       Suatu pagi yang sunyi, di suatu desa kecil di Korea, ada sebuah bangunan kayu mungil yang atapnya ditutupi oleh seng-seng. Itu adalah rumah yatim piatu di mana banyak anak tinggal akibat orang tua mereka meninggal dalam perang.

Tiba-tiba, kesunyian pagi itu dipecahkan oleh bunyi mortir yang jatuh di atas rumah yatim piatu itu. Atapnya hancur oleh ledakan, dan kepingan-kepingan seng mental ke seluruh ruangan sehingga membuat banyak anak yatim piatu terluka. Ada seorang gadis kecil yang terluka di bagian kaki oleh kepingan seng tersebut, dan kakinya hampir putus. Ia terbaring di atas puing-puing ketika ditemukan, P3K segera dilakukan dan seseorang dikirim dengan segera ke rumah sakit terdekat untuk meminta pertolongan.

Ketika para dokter dan perawat tiba, mereka mulai memeriksa anak-anak yang terluka. Ketika dokter melihat gadis kecil itu, ia menyadari bahwa pertolongan yang paling dibutuhkan oleh gadis itu secepatnya adalah darah. Ia segera melihat arsip yatim piatu untuk mengetahui apakah ada orang yang memiliki golongan darah yang sama.

Perawat yang bisa berbicara bahasa Korea mulai memanggil nama-nama anak yang memiliki
golongan darah yang sama dengan gadis kecil itu. Kemudian beberapa menit kemudian, setelah terkumpul anak-anak yang memiliki golongan darah yang sama, dokter berbicara kepada kelompok anak-anak itu dan perawat menerjemahkan, “Apakah ada di antara kalian yang bersedia memberikan darahnya utk gadis kecil ini?" Anak-anak tersebut tampak ketakutan, tetapi tidak ada yang berbicara. Sekali lagi dokter itu memohon, "Tolong, apakah ada di antara kalian yang bersedia memberikan darahnya untuk teman kalian? Karena jika tidak ia akan meninggal!"

Akhirnya, ada seorang bocah laki-laki di belakang mengangkat tangannya dan perawat membaringkannya di ranjang untuk mempersiapkan proses transfusi darah.
Ketika perawat mengangkat lengan bocah untuk membersihkannya, bocah itu mulai gelisah.

"Tenang saja," kata perawat itu, "Tidak akan sakit kok."

Lalu dokter mulai memasukan jarum, ia mulai menangis.

"Apakah sakit?" tanya dokter itu.

Tetapi bocah itu malah menangis lebih kencang. "Aku telah menyakiti bocah ini!" kata dokter itu dalam hati dan mencoba untuk meringankan sakit bocah itu dengan menenangkannya, tetapi tidak ada gunanya. Setelah beberapa lama, proses transfusi telah selesai dan dokter itu minta perawat untuk bertanya kepada bocah itu.

"Apakah sakit?"

Bocah itu menjawab, "Tidak, tidak sakit."

"Lalu kenapa kamu menangis?" tanya dokter itu.

"Karena aku sangat takut untuk meninggal" jawab bocah itu.

Dokter itu tercengang.

"Kenapa kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal?"

Dengan air mata di pipinya, bocah itu menjawab, "Karena aku kira untuk menyelamatkan gadis itu aku harus menyerahkan seluruh darahku…"

Dokter itu tidak bisa berkata apa-apa, kemudian ia bertanya, "Lalu jika kamu pikir kamu akan meninggal, kenapa kamu bersedia untuk memberikan darahmu?"
Sambil terisak ia berkata, "Karena dia adalah temanku, dan aku mengasihinya...”
Sahabatku,
Anak ini tahu bahwa karena kasihnya ia harus berkorban, namun ia tetap rela mati demi menyelamatkan seorang temannya, apakah kita memiliki kasih seperti anak itu?
Mari kita teladani kasih yang tulus seperti kisah anak kecil diatas. Wujudkan kepedulian kita pada sesama dalam tindakan, perbuatan, ucapan atau pengorbanan nyata, sekalipun untuk itu menuntut pengorbanan dari hidup kita.

Ban Serep


"Adalah sangat memuakkan saat seseorang hanya hadir disaat ia minta didengar, diperhatikan dan dihargai. Sementara dia tidak pernah mendengar, memperhatikan dan menghargai kita." - K-ray Cahyadi -

Bayangkan bila Anda adalah sebuah ban serep alias ban cadangan. Sebagian besar waktu Anda dihabiskan di dalam gelap dan sumpeknya sebuah bagasi. Mungkin cukup beruntung bila Anda adalah ban serep sebuah mobil jeep yang digantung dengan gagahnya di pintu belakang. Atau mungkin akan sangat menyebalkan bila Anda adalah ban serep sebuah mobil keluarga semacam Avanza atau Xenia, Anda tergantung berdebu di bagian bawah. Tidak jarang saat mobil terkena polisi tidur yang cukup tinggi, Anda akan berbenturan dengan polisi tidur tersebut. Sering kita mengeluh saat membawa barang lebih di bagasi karena volume bagasi yang berkurang akibat keberadaan ban serep. Bahkan banyak orang yang hampir tidak pernah menggunakan ban serep sama sekali, sehingga pada saat harus menggunakannya, didapati ban serep tersebut karetnya menjadi terlalu kaku, getas, mudah rusak. Memang sebuah ban serep atau cadangan hanya difungsikan di saat-saat krusial, tidak ada perawatan dan perhatian khusus kepadanya.

Mungkin cukup aneh bagi Anda, bahwa harus sedemikian panjang untuk saya menjelaskan apa yang dialami ban serep. Sebenarnya bila Anda cermati di dalam kehidupan, ada banyak orang-orang yang Anda perlakukan selayaknya ban serep. Anda hanya menghubunginya di saat genting, Anda hanya datang padanya di saat kesusahan. Anda hanya butuh bantuannya, tidak perlu kondisi apa yang sebenarnya sedang ia hadapi.

Bila Anda adalah seorang konselor dan konsultan tentunya Anda akan sangat sering menjumpai tipe-tipe manusia seperti ini. Selalu datang di saat-saat sulit mereka, tentunya Andapun tidak bisa mengeluh terlalu banyak karena ini adalah tuntutan dari pekerjaan Anda (and of course you get a good payment). Namun lain ceritanya apabila Anda mengalaminya dalam kehidupan sehari-hari Anda. Seorang teman yang selalu mengusik hidup Anda disaat dia membutuhkan pertolongan, dan segera menghilang pada saat dia sudah mendapatkan apa yang ia inginkan dan Anda melakukannya secara gratis atas nama persahabatan.

Dalam bidang pekerjaan sering kita temukan di kantor, para manusia tidak tahu diri yang membebani tugas pekerjaan mereka pada orang lain. Tanpa rasa berdosa menambahkan pekerjaan pada orang lain, padahal itu bukanlah tugas dari "ban serep" tersebut. Kadang dalam tahap keterlaluan, seorang "ban serep" yang tidak mendapatkan penanganan yang segera dapat melakukan hal nekat.

Atau bagaimana rasanya saat orangtua merasa dijadikan ban serep? Hanya dihubungi pada saat seorang anak membutuhkan kiriman uang, butuh nasehat, butuh didengar. Sementara pada saat senang, bahagia, tidak sekalipun diingat, diperhatikan? Bahkan dalam beberapa kasus, orangtua justru ditugaskan mengurus cucu karena dirinya begitu sibuk asyik dengan pekerjaan dan kegiatan? Orangtua Anda BUKAN ban serep! Rasanya begitu pahit seorang anak yang dibesarkan dengan penuh kasih hanya meminta dan tidak pernah memberikan perhatian. Terlebih lagi justru semakin merepotkan ketika sudah berumah tangga dengan menugaskan orangtua mengurus cucunya.

Lain halnya dalam bidang hubungan percintaan. Ada beberapa orang yang mempraktekkan hal ini dalam kehidupan percintaan mereka. "Jaring Pengaman Kedua" demikian kadang pria/wanita "ban serep" ini disebut. Selalu menyediakan waktunya, perasaannya, pikirannya bahkan harta mereka untuk orang yang mereka cintai tanpa menyadari bahwa sebenarnya mereka hanya sedang diperalat. Akhirnya banyak sekali kata "capek hati" yang keluar dari para "ban serep" ini, sementara dia di sana tersenyum bahagia karena sudah mendapatkan semua yang mereka inginkan. Habis manis sepah dibuang demikianlah peribahasa yang sangat tepat untuk menggambarkan situasi ini. Secantik atau seganteng apapun orang itu, tinggalkan saja. Karena di luar sana orang yang tepat sedang menunggu Anda.

Sahabatku,
Semua hal yang dialami hasilnya begitu banyak trauma dan sindrom yang sulit diobati. Setiap pengobatan perlu berjam-jam terapi dan rekonsiliasi. Luar biasa bukan? Sebuah kata sepele bernama "egois" bisa melahirkan begitu banyak masalah yang kompleks. Cobalah refleksikan berapa banyak ban serep sudah Anda sakiti karena keegoisan anda? Selalu meminta waktu untuk didengarkan, selalu meminta pertolongan, selalu ingin diperhatikan, selalu ingin dinomorsatukan. Apakah yang Anda sudah lakukan untuk para ban serep ini? Sadar dirilah bahwa Anda adalah seorang yang egois, suatu hari Anda akan diperlakukan rekan kerja, sahabat, kekasih, bahkan oleh anak Anda sebagaimana Anda sudah berbuat demikian. Siapa menabur, dia menuai. Sebagai penutup, sebuah saran, nasehat bagi para ban serep di luar sana adalah: Adalah lebih baik menikmati hidup Anda tanpa memusingkan otak Anda dengan memikirkan masalah orang-orang yang tidak tahu diri. Tidak baik mempersulit diri kita dengan masalah orang lain, beranilah berkata "TIDAK!" untuk kebaikan Anda sendiri.

Semoga bermanfaat

Adakah Yang Mendoakan Mu ?

             Seorang pengusaha sukses terjatuh di kamar mandi dan mengalami stroke, sudah 7 malam dirawat di RS di ruang ICU. Di saat orang-orang terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia roh seorang Malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya.

Malaikat memulai pembicaraan, "Kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia!"

"Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang..." kata si pengusaha ini dengan yakinnya.

Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati. Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali merngunjunginya; dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, "apakah besok pagi aku sudah pulih? pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit."

Dengan lembut si Malaikat berkata, "Anakku, aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi, rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu."

Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si Malaikat menunjukkan layar besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka.

Kata Malaikat, "Aku akan memberitahukanmu, kenapa Tuhan rindu memberikanmu kesempatan kedua? itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu"

Kembali terlihat di mana si istri sedang berdoa jam 02:00 pagi, " Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar di hadapan-Mu, tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah dan hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri..." Dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat.

Melihat peristiwa itu, tanpa terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha ini... timbul penyesalan bahwa selama ini dia bukanlah suami yang baik dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya, dan malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.

Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini, penyesalan yang luar biasa tapi waktunya sudah terlambat! Tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang!

Dengan setengah bergumam dia bertanya, "Apakah di antara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?"

Jawab si Malaikat, "Ada beberapa yang berdoa buatmu tapi mereka tidak tulus, bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini, itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik, bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah."

Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia, tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam. Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.

Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata, "Anakku, Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu! kau tidak jadi meninggal, karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00.


Dengan terheran-heran dan tidak percaya, si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu. Bukankah itu Panti Asuhan? kata si pengusaha pelan.

Benar anakku, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri.

Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU, setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu.

Sahabatku,

Doa sangat besar kuasanya, tak jarang kita malas, tidak punya waktu, tidak terbeban untuk berdoa bagi orang lain. Ketika kita mengingat seorang sahabat lama/keluarga, kita pikir itu hanya kebetulan saja padahal seharusnya kita berdoa bagi dia, mungkin saja pada saat kita mengingatnya dia dalam keadaan butuh dukungan doa dari orang-orang yang mengasihi dia. Di saat kita berdoa bagi orang lain, kita akan mendapatkan kekuatan baru dan kita bisa melihat kemuliaan Tuhan dari peristiwa yang terjadi.

Kemudian saya mengajak kita marilah dalam hidup kita yang singkat ini benar benar berbuat kebaikan kepada setiap orang, setiap waktu dan pada setiap keadaan sehingga ada orang yang selalu mendoakanmu dan ketika ajal menjemput kita maka mereka akan mengingat kita sebagai orang yang baik.