Si Anak Hilang Pulang
Aku sudah berjalan ratusan kali ke gereja. Tetapi kali ini berbeda. Aku ingat menaiki tangga, berjabat tanggan dengan penyambut jemaat, dan kemudian melihat berkeliling untuk memutuskan dimana aku ingin duduk. Semuanya cukup normal. Namun kemudian, aku mulai menangis. Hal yang sama terjadi lagi minggu berikutnya, dan minggu berikutnya lagi.
Aku terkejut dengan reaksiku karena aku jarang menangis. Apa yang terjadi? Aku cukup yakin bahwa aku menangis karena baru saja memperbarui komitmen kepada Tuhan setelah bertahun-tahun tidak menganggap serius imanku.
Seperti banyak orang, aku membiarkan imanku menjadi bagian yang jamak, bahkan kurang penting, dalam hidupku. Ya, aku percaya akan Allah, tetapi aku jarang memikirkan-Nya. Aku menjalani hidup yang sibuk, dan Allah hanyalah bagian –sayangnya, bagian terkecil- dari hidupku. Aku menangis karena aku telah pulang kepada Allah, yang menerimaku meskipun aku sudah lama sekali mengabaikan hubungan kami. Aku menangis karena menyadari dari lubuk hati yang terdalam bahwa hubungan dengan Allah sangat penting, bagian utama dari siapa aku dan siapa aku menurut rancangan Allah.
*Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukacita. Luk.15:24
Doa: Bapa terkasih, terima kasih karena Engkau telah menerima kami kembali ketika pulang kepada-Mu. Bawalah kami mendekat kepada-Mu.Amin
James Davidson [Quebec, Kanada]