Gelombang penganiayaan yang keras terjadi di Jepang pada awal tahun 1600, dimana selama waktu tersebut banyak umat Kristen menjadi martir.
Pada tanggal 20 Februari 1627, pemimpin gereja bernama Paulo Uchibori, istrinya dan ketiga anaknya ditahan karena menampung para misonaris. Pada hari itu, Paulo dan 37 orang Kristen lainnya dipukuli, diarak telanjang melalui pusat kota dan dipenjarakan di Istana Shimabara.
Pada keesokan harinya, orang-orang Kristen tersebut dianiaya. Pemerintah tidak berkeinginan menjadikann mereka martir, tetapi mereka menggunakan cara-cara keji untuk memaksa orang-orang Kristen menyangkal iman mereka. Salah satu prajurit mengusik Paulo ketika ia memegang sebilah pisau, dengan berkata ”Berapa banyak jari anak-anakmu yang harus kami ambil?” Paulo menjawab, ”Semua terserah padamu.”
Para prajuruit memotong semua jari anak-anak Paulo kecuali jempol dan kelingking mereka, dengan berkata orang-orang Kristen seharunya memiliki jari lebih sedikit dari binatang. Dua anak tertua Paulo, Antonio dan Barutabazaru merelakan jari-jari mereka kepada prajurit tersebut, tanpa menangis atau menunjukkan kesakitan. Anak Paulo yang bungsu, Ignatius, berumur lima tahun. Ia juga tidak menun jukkan rasa sakit saat jari-jari tangannya dipotong. Ia mengangkat tangannya kepada Allah. Mereka yang melihat terkejut dengan apa yang mereka saksikan dan hati mereka dijamah oleh keberanian anak-anak itu.
Lalu para prajurit mengikat tangan dan kaki ke 16 tahanan tersebut termasuk anak-anak Paulo dan melemparkan mereka berkali-kali ke dalam air es yang sangat dingin di Teluk Shimabara. Walaupun begituorang-orang Kristen tersebut tidak mau menyangkal iman mereka. Kata-kata terakhir Antonio sebelum ia ditelan laut adalah, ”Ayah, kita harus bersyukur kepada Allah karena memberikan kita berkat yang luar biasa seperti ini.”
Setelah anak-anaknyaditenggelamkan, wajah Paulo dicap dengan tiga huruf Jepang yang artinya ”Kristen.” Ia dilemparkan ke jalan-jalan dengan tulisan di baju kimononya yang terbaca, ”Dihukum karena menjadi Kristen. Dilarang menolong orang ini atau memberinya perlindungan.”
Seminggu setelah kematian martir anak-anaknya, Paulo dibawa keata gunung Unzen dengan ke 15 orang Kristen lainnya untuk merasakan ”siksaan di dalam neraka kawah Unzen.” Paulo digantung terbalik dan di turunkan keatas permukaan air belerang yang mendidih berkali-kali. Ia berdoa dengan suara keras setiap kali, menyadari ia adalah bagian dari tubuh Kristus. ”Perjamuan Suci harus disucikan.” Akhirnya, tubuhnya dilemparkan ke dalam kawah mendidih yang menguap.
Sekarang iman Paulo dan anak-anaknya menguatkan kita. Kita tahu bahwa mereka, bersama dengan banyak orang Kristen Jepang tanpa nama, diterima dalam hadirat Yesus dan sekarang mereka mengenakan jubah putih.
Tetapi aku dan seisi namaku
Kami akan beribadah Kepada Tuhan !
Yosua 24:15
Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada
Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia.
Filipi 1:29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar