Jumat, September 10, 2010

Andakah Jawabanya?


Andakah Jawabanya?

     Beberapa tahun lalu, pada Minggu malam yang larut, aku berjalan-jalan bersama anjingku. Aku mengambil sesuatu yang kukira kunci rumah dan menutup rapat pintu rumahku. Sepulangnya berjalan-jalan, aku baru menyadari bahwa aku membawa kunci mobil bukan kunci rumah. Aku terkunci di luar rumah. Aku dan tetangga masih terjaga, sia-sia menghabiskan waktu berusaha membuka paksa pintu rumahku. Akhirnya hanya ada dua pilihan: memanggil tukang kunciatau pergi ke rumah temanku yang memiliki kunci cadangan rumahku. Aku putuskan untuk mengemudikan mobil ke rumah temanku sebagai pilihan yang lebih murah.
Ketika aku hampir sampai di rumahku, aku melewati seorang gadis muda, kira-kira 14 atau 15 tahun, tengah menyusuri jalan. Aku tinggal di daerah semi pedesaan yang relative terpencil dan tidak rumah penduduk  di sepanjang jalan itu. Aku harus berhenti dan menolongnya, pikirku segera. Namun, malam telah larut, hampir tengah malam, dan memberi tumpangan bagi orang asing bukanlah hal bijaksana. Aku melewatinya, tetapi tiba-tiba -  Aku merasa harus segera kembali. Aku berbalik arah. Selagi akumengemudikan mobilku di sampingnya, aku berkata, “Aku tak seharusnya menawarkan hal ini, dan Anda pun tidak harus menerimanya, tetapi adakah yang bias kubantu?”
“Aku memerlukan telepon…” Tentu saja aku mau membantunya. Ia mengenakan jeans dan kemeja tipis dan tidak membawa dompet atau apapun. Dan, ketika ia masuk ke mobil kulihat dia mengigil. Aku bertanya apakah ia baik-baik saja, ia menjawab ya. Ketika aku menatap wajahnya, aku mendapat kesan yang jelas dalam hatiku yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Aku seperti mendengar suara yang berkata, ”Engkau adalah jawaban doa seseorang untuk gadis ini.” kesan yang begitu jelas itu membuatku merinding. Aku membawanya ke sebuah toko yang buka 24 jam dan meminta satpam untuk mengawasinya hingga seseorang datang menjemputnya. Gadis ini tidak kebetulan berjalan di tempat seperti itu pada malam hari. Aku pun tidak biasanya berada di jalan pada malam selarut itu. Sesuatu – atau seseorang – Sedang bekerja. Aku tidak menganggap Allah yang menyebabkan aku terkunci; tak terpikir olehku Allah bekerja dengan cara seperti itu. Namun, aku percaya Allah menggunakan keadaanku untuk menolong gadis itu.
Mungkin saja orang tua gadis itu, kakeknya, neneknya, bibinya, pamannya, guru sekolah minggunya, tetangganya, atau teman sekolahnya sedang mendoakan keselamatannya. Mereka tidak berada di dekatnya dan tidak mampumenolongnya – tetapi aku dapat. Aku merasa yakin Allahlah yang membuatku berbalik arah malam itu.
            Sejak saat itu, aku sering berpikir tentang kemungkinan bahwa tiap kita bisa saja merupakan jawaban doa bagi seseorang, tiap hari, dengan berbagai cara. Mungkin kita sedang melakukan tugas-tugas kita seperti biasa (ataupun yang tidak biasa, seperti yang kualami malam itu) dengan niat mendengarkan panggilan Allah. Jika kita memutuskan untuk mendengar dorongan dalam hati, berusaha mendengarkan suara Allah, aku pikir kita akan memandang dunia dan orang-orang di sekitar kita dengan cara berbeda. Dan, kadang kita akam merasa/berpikir/tahu bahwa situasi di depan kita adalah kesempatan kita – bukan orang lain – untuk mengambil bagian dalam kehendak Tuhan atas orang yang ada di hadapan kita.
Siapa yang tahu munculnya kemungkinan-kemungkinan tersebut? Tak seorang pun yang dapat memberi tahu kita kehendak Allah atas diri kita. Tak seorang pun tahu yang terjadi dalam hati kita, yang membawa kita lebih dekat kepada Allah. Alkitab tidak meberi tahu kita berapa kali dalam seminggu kita harus menjangkau orang atau seberapa sering kita kita sebaiknya melayani dan di mana kita seharusnya menggunakan karunia kita. Namun, kita dapat memandang seseorang di perpustakaan, anak muda yang tampak jengkel, orang tua muda yang bergumul dengan beban yang mereka tanggung, atau rekan kerja kita yang tidak biasanya tampak sedih, dengan pikiran bahwa kita bisa saja menjadi alat Tuhan untuk menjawab doa-doa mereka. Sikap hati seperti itu dapat mengubah tanggapan kita kepada mereka yang kita jumpai tiap hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar