Mbanga Tuzinde
Tahun 1866
Mwanga adalah seorang raja tersingkir Uganda pada akhir tahun 1800-an yang percaya pada tradisi lama bahwa raja adalah pusat kekuasaan dan otoritas, dan ia dapat mencabut nyawa siapapun yang Ia pilih. Ia membuat dirinya dikelilingi oleh bocah laki-laki pelayan istana yang ia dapat lecehkan semaunya. Salah satu dari mereka adalah Mbanga Tuzine, anak angkat dari pemimpin algojo istana.
Ketika Mwanga masih seorang pangeran ia dapat menerima pertumbuhan kegiatan misi di Uganda , tetapi ketika ia menjadi raja perilakunya berubah. Beberapa bocah laki-laki pelayan istana menjadi Kristen, dan menolak untuk mematuhi tindakan-tindakan pelecehan dan tidak berTuhan sang raja.
Nyatanya bahwa pelayan istana yang tidak mematuhi perintah raja dianggap pengkhianat. Ia menombak pria yang bertanggung jawab memberikan perintah keagamaan kepada para pelayan istananya dan lalu memerintahkan agar pintu gerbang istana disegel.
Lalu Mwanga mengumpulkan seluruh orang yang tinggal di istana dan memerintahkan mereka yang Kristen untuk memisahkan diri. Mbanga Tuzide adalah salah satu yang maju ke depan. Setiap pelayan laki-laki istana menyatakan bahwa Mbanga Tuzide ingin tetap menjadi Kristen “Sampai mati”. Mwanga menghukum total 32 orang Kristen termasuk 15 pelayan istana untuk berjalan sejauh 35 km menuju suatu tempat yang disebut Namugongo dan menerima hukuman dibakar disana.
Pemimpin pasukan algojo menangis dan berulang-ulang mendesak anaknya, Mbanga Tuzide, untuk menarik keputusannya. Bagaimanapun Mbanga bersikeras tetap bersama teman sebayanya dan menuju tempat eksekusinya dengan ‘tertawa berceloteh’.
Sesampainya di Namugongo, para martir ini dipenjara selama tujuh hari sementara api yang besar dipersiapkan. Akhirnya pada tanggal 3 Juni 1886, mereka dibungkus dari alang-alang, diikat sekencang-kencangnya dan direbahkan berdempetan.
Sekali lagi sebelum minyak disiramkan di atas tubuh mereka dan api di nyalakan, Mbanga di desak oleh ayahnya untuk menyangkal Yesus. Ketika ia menolak, pemimpin pasuka algojo ini membunuhnya dengan sebuah pukulan di leher untuk melindunginya dari siksaan dibakar hidup-hidup. Para martir lainnya mati sambil menyerukan nama Yesus dan menyatakan, “Kamu dapat membakar tubuh kami, tetapi kamu tidak dapat melukai jiwa kami”.
Walaupun Mwanga mengusir para misionaris dari Uganda justru Kekristenan terus berkembang makin pesat. Setelah Mwanga meninggal, para misionaris kembali dan menemukan 1500 orang Kristen sudah menggu mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar